Selasa, 12 Oktober 2010

Perjanjian Gyanti

Prajurit Surokarso

Prajurit Surokarso menggunakan pakaian berwarna putih tulang di padu dengan kain batik berbentuk Supit Urang mengenakan Udeng atau penutup kepala khas jawa, bersenjatakan tombak dengan bendera berwarna dasar hijau muda dengan bulatan warna kuning di tengahnya di sebut Pare Anom dengan Dwaja Banyak Angrem Yasan Dalem HB IX. Dahulu Prajurit ini bertugas mengawal Putra Mahkota.

Prajurit Bugis

Prajurit bugis berasal dari sulawesi, mengenakan celana panjang hitam dan sepatu pantofel, dengan baju lengan panjang hitam, mengenakan ikat pinggang Cinde di luar baju dengan keris menyelip di depan.
Dahulu Prajurit tersebut bertugas sebagai pengawal Pepatih dalem, bersenjatakan tombak dengan Bendera berwarna dasar hitam dengan bulatan kuning bernama Wulandadari.

Prajurit Mantrijero

Prajurit Mantrijero mengenakan pakaian Lurik khas Mantrijero, menggunakan sepatu pantofel hitam, topi songkok khas menak jinggo. Dahulu Prajurit tersebut bertindak sebagai Hakim di istana dan Bertugas sebagai pengawal Sultan ketika duduk di singgasana pada saat Penobatan.
Bendera berwarna dasar hitam dengan bulatan berwarna putih di tengahnya bernama Purnomosidi dengan Dwaja Kanjeng Kyai Cakra. Prajurit Langenastro yang bersenjatakan tombak berpakaian sama seperti Prajurit Mantrijero mengenakan sumping atau hiasan telingan, kesatuan tersebut di gabung bersama Prajurit Mantrijero karena tidak memiliki bendera.

Prajurit Ketanggung

Prajurit Ketanggung menggunakan Lurik khas Ketanggung, topi Mancungan dengan hiasan bulu -bulu ayam berwarna hitam. Dahulu Prajurit tersebut bertugas sebagai jaksa di Keraton dan bertugas sebagai pengawal Sultan ketika melakukan kunjungan keluar Keraton. Bendera Prajurit berwarna dasar hitam dengan hiasan bintang segi delapan berwarna putih di tengahnya di sebut Cokroswandono dengan Dwaja bernama Kanjeng Kyai Nenggola, Kesatuan tersebut bersenjatakan senapan api laras panjang dengan bayonet terhunus atau terbuka dan sebagian membawa tombak panjang.

Prajurit Nyutro


Prajurit Nyutro bukan untuk berperang, melainkan sebagai Prajurit Klangenan, terdiri dari dua kesatuan Nyutro yaitu Nyutro Merah ( mengenakan celana 3/4 berwarna merah dan kampuh biru di luarnya, dengan pakaian panjang berwarna kuning dan rompi berwarna merah di luarnya serta mengenakan puluk berwarna merah dengan hiasan sumping di telinga. Bendera Kesatuan bernama Podang Ngisep Sari dengan Dwaja Kanjeng Kyai Trisula) dan Nyutro Hitam ( berpakaian sama seperti Nyutro Merah hanya saja warna merah di ganti dengan warna hitam. Bendera Kesatuan berwarna dasar kuning dengan bulatan hitam di tengah bernama Padmo Sri Kresno dengan Dwaja bernama Kanjeng Kyai Truisula).
Prajurit nyutro bersenjatakan senapan api. dalam kesatuan Prajurit Nyutro terdapat Kesatuan dengan pakaian yang sama mengenakan ikat kepala bulat dengan hiasan bunga - bunga di belakangnya, kesatuan tersebut bersenjatakan Tameng dan Lembing. Karena Kesatuan tersebut tidak mempunyai Bendera maka di gabungkan dengan Prajurit Nyutro. Kesatuan tersebut di sebut Miji Sumahatmaja. Tugas Prajurit tersebut sebagai Pengamping Sultan ketika Upacara Penobata.
Dahulu Kesatuan Prajurit Nyutro adalah penari - penari, maka untuk masyarakat yang ingin bergabung harus bisa menari. Prajurit Nyutro di tempatkan di sebelah barat dan sekarang bernama kampung Nyutran.